
Belajar ngaji untuk anak bukan sekadar rutinitas keagamaan, tapi juga fondasi penting dalam membentuk karakter Islami sejak dini. Lebih dari sekadar mengenal huruf hijaiyah, kegiatan ini menanamkan nilai ketauhidan, membiasakan akhlak mulia, dan membangun kedekatan dengan Al-Qur’an. Anak yang terbiasa membaca dan mendengarkan ayat suci sejak kecil cenderung tumbuh dengan hati yang tenang, pikiran yang tertata, dan tindakan yang lebih terarah.
Sayangnya, banyak orang tua menghadapi tantangan saat membimbing proses belajar ngaji. Keterbatasan waktu, metode yang kurang cocok, hingga suasana yang kurang mendukung sering menjadi penghambat. Padahal, dengan pendekatan yang tepat dan menyenangkan, anak bisa semangat mengaji setiap hari. Terapkan metode yang sesuai dengan usia anak, pilih guru yang ramah, dan ciptakan lingkungan yang hangat agar proses belajar ngaji terasa ringan dan menyenangkan. Ketika semua unsur ini berjalan konsisten, anak tidak hanya mampu membaca Al-Qur’an, tetapi juga tumbuh mencintainya dengan sepenuh hati.
1. Mulai dari Cinta, Bukan Paksaan
Anak-anak adalah peniru ulung. Jika mereka melihat orang tuanya mencintai Al-Qur’an, mereka akan tertarik untuk ikut belajar ngaji. Tapi sering kali yang terjadi justru sebaliknya: orang tua menyuruh anak mengaji, sementara mereka sibuk dengan gawai atau pekerjaan lain. Mulailah dari keteladanan. Jadwalkan waktu ngaji keluarga, meski hanya 10–15 menit sehari. Anak akan merasakan bahwa belajar ngaji adalah bagian dari rutinitas yang menyenangkan, bukan kewajiban yang melelahkan.
Penting juga untuk membangun suasana yang ramah dan hangat. Hindari kalimat seperti “kamu harus hafal hari ini” atau “kalau salah terus, ibu marah”. Gantilah dengan, “MasyaAllah, kamu sudah berusaha, yuk kita coba lagi bareng-bareng.” Dengan pendekatan cinta, belajar ngaji jadi proses yang menyenangkan, bukan menegangkan.
2. Belajar Ngaji Lebih Menarik dengan Metode Visual dan Audio Interaktif
Anak-anak usia dini cenderung lebih mudah memahami sesuatu yang disampaikan melalui media visual dan audio yang menarik. Dalam konteks belajar ngaji, penggunaan gambar huruf hijaiyah berwarna, video animasi Islami, serta audio pelafalan yang jelas dan merdu dapat membantu anak mengenali huruf dan suara Qur’ani dengan lebih cepat dan menyenangkan. Kini sudah banyak aplikasi dan channel YouTube yang menyediakan konten edukatif Islami khusus untuk anak, yang dikemas secara kreatif dan ramah anak. Namun, meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan, tetap penting bagi orang tua untuk mendampingi agar penggunaan media tersebut tidak berlebihan dan tetap memiliki nilai edukatif yang kuat.
Manfaatkan teknologi bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sarana untuk membangkitkan semangat anak dalam belajar ngaji. Setelah menyelesaikan satu sesi, berikan reward sederhana seperti stiker lucu, waktu bermain singkat, atau pujian yang membangun rasa percaya diri agar anak merasa dihargai dan makin termotivasi. Pendekatan seperti ini membuat anak merasa bahwa belajar Al-Qur’an adalah sesuatu yang membanggakan, bukan sesuatu yang menegangkan. Dengan pengawasan dan keterlibatan aktif dari orang tua, proses belajar ngaji akan terasa lebih menyenangkan, bermakna, dan tertanam kuat dalam kebiasaan harian anak.
3. Pilih Guru Ngaji yang Ramah dan Bersanad
Tidak semua anak cocok dengan metode pengajaran tertentu. Ada yang cepat bosan, ada juga yang butuh pengulangan berkali-kali. Di sinilah pentingnya memilih guru ngaji yang sabar, berpengalaman, dan punya sanad keilmuan yang jelas. Seorang guru ngaji yang memahami dunia anak akan tahu cara mendekati mereka dengan kelembutan dan pendekatan psikologis yang tepat.
Salah satu platform terpercaya yang menawarkan program belajar ngaji dengan guru bersanad dan pendekatan yang personal adalah Khoirunnas. Di sana, orang tua bisa memilih guru sesuai kebutuhan anak baik dari segi usia, karakter, hingga jadwal belajar. Kelas dilakukan secara online privat, jadi bisa fleksibel dari mana saja. Bimbingannya pun bukan hanya pada bacaan, tetapi juga membentuk akhlak Qur’ani sejak awal.
4. Buat Belajar Ngaji Jadi Rutinitas Harian yang Konsisten
Agar belajar ngaji tertanam dalam kebiasaan anak, buat jadwal tetap setiap hari. Misalnya, sebelum tidur atau setelah salat Maghrib. Jangan terlalu lama cukup 10 sampai 20 menit asal rutin. Anak akan terbiasa bahwa waktu-waktu tertentu adalah waktunya bersama Al-Qur’an. Hindari bolong-bolong yang terlalu sering karena bisa membuat semangat anak menurun.
Orang tua juga bisa membuat agenda mingguan, seperti: “Hari ini belajar huruf hijaiyah alif–tsa, besok jim–kha, dan seterusnya.” Tampilkan perkembangan anak melalui tabel kemajuan agar ia bisa melihat sendiri hasil belajarnya. Langkah sederhana seperti ini mampu meningkatkan semangat dan membuatnya merasa dihargai dalam proses belajar ngaji.
Ingat, rutinitas bukan berarti kaku. Tetap beri fleksibilitas jika anak merasa lelah atau bosan. Yang penting adalah konsistensi, bukan durasi panjang.
5. Bangun Koneksi Emosional Lewat Doa dan Kisah
Salah satu cara membuat anak jatuh cinta pada Qur’an adalah lewat kisah dan doa-doa pendek yang mereka pahami. Ceritakan kisah anak-anak dalam Al-Qur’an seperti Nabi Ismail yang taat kepada ayahnya, atau Luqman yang menasihati anaknya. Dengan begitu, anak merasa bahwa Al-Qur’an dekat dengan kehidupannya. Ia bukan hanya kumpulan huruf dan ayat, tapi sumber kisah inspiratif yang menyentuh hati.
Setelah mengaji, ajak anak berdoa bersama, seperti, “Ya Allah, jadikan aku anak yang mencintai Al-Qur’an.” Kalimat itu akan menanamkan harapan dan semangat dalam hati mereka. Di sinilah peran penting orang tua: menguatkan sisi spiritual anak sejak dini agar belajar ngaji bukan hanya perkara teknis, tapi juga emosional dan ruhiyah.
Kesimpulan: Mulai Sekarang, Jangan Nanti
Tak sedikit orang tua yang memimpikan anak tumbuh menjadi penghafal Al-Qur’an, fasih dalam tajwid, serta memiliki akhlak Qur’ani yang kuat. Namun, banyak yang lupa bahwa proses belajar ngaji tidak bisa berlangsung secara instan. Ia butuh waktu, ketelatenan, dan dimulai dari langkah-langkah sederhana yang dijalani secara konsisten. Menunggu waktu yang tepat sering kali justru membuat niat itu terus tertunda. Padahal, waktu terbaik untuk memulai adalah saat ini di tengah kesibukan, di antara rutinitas harian yang padat, tetap bisa menghadirkan Al-Qur’an sebagai bagian dari kehidupan anak sejak usia dini.
Dengan pendekatan yang hangat, suasana yang menyenangkan, serta dukungan dari guru bersanad dan sabar seperti yang ada di Khoirunnas, proses belajar ngaji bisa berlangsung dengan penuh semangat dan makna. Pemanfaatan teknologi secara bijak juga memberi peluang besar agar anak tetap bisa mendapatkan ilmu meskipun belajar dari rumah. Saat belajar ngaji sudah menjadi rutinitas harian, bukan lagi kegiatan musiman, anak akan terbiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai teman yang menenangkan, bukan beban yang membebani. Kebiasaan ini perlahan menumbuhkan cinta dan ketertarikan terhadap kalam Allah, yang akan terus berkembang seiring pertumbuhan usia.
Maka, jangan menunggu lebih lama. Bimbing anak dengan penuh semangat dalam setiap momen belajar ngaji, meskipun waktunya singkat, asalkan dilakukan secara istiqamah. Setiap huruf yang mereka baca dan setiap ayat yang mereka pelajari akan menerangi langkah hidup mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Langkah kecil hari ini akan membuka jalan besar esok hari. Biarkan Al-Qur’an menumbuhkan karakter yang kuat, lembut, dan penuh iman dalam diri anak, agar kelak ia tumbuh menjadi generasi yang membawa kebaikan, tidak hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk umat.