
Dalam ilmu tajwid, memahami jenis-jenis idgham menjadi langkah penting untuk menyempurnakan bacaan Al-Qur’an. Ilmu tajwid mengenalkan berbagai bentuk idgham, dan salah satunya sering muncul dalam bacaan harian namun luput dari perhatian banyak orang, yaitu idgham tanpa dengung. Banyak pembaca melewatkan penerapan hukum ini, padahal idgham bilaghunnah terjadi saat nun sukun atau tanwin bertemu huruf lam (ل) atau ra (ر) dalam kondisi tertentu. Dengan menerapkan hukum ini, pembaca menunjukkan adab, kehati-hatian, dan rasa hormat saat melafalkan kalamullah, sebagaimana Rasulullah ﷺ mencontohkan bacaan yang tartil dan penuh ketelitian.
Hukum ini berkaitan erat dengan cara melebur bunyi nun sukun atau tanwin ke huruf setelahnya tanpa menghasilkan suara dengung. Ciri khas tanpa dengung inilah yang membedakannya dari bentuk idgham lainnya, seperti idgham bighunnah yang justru menekankan dengungan saat melafalkannya. Proses pengidghaman tanpa ghunnah ini memerlukan ketelitian dan keterampilan agar bacaan tetap sahih dan tidak menyimpang dari kaidah yang berlaku.
Belajar menerapkan hukum bacaan ini tidak cukup hanya memahami teorinya. Latihan secara konsisten membentuk pelafalan yang lebih fasih dan tartil. Ketika seorang pembaca memperhatikan hukum-hukum tajwid dengan benar, hal itu menjadi cermin kesungguhannya dalam mencintai Al-Qur’an. Orang yang membaca dengan benar tidak hanya menghasilkan suara yang merdu, tetapi juga menunjukkan pemahaman ilmu tajwid yang tepat dan rasa hormat terhadap firman Allah yang menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Apa Itu Idgham Bilaghunnah?
Dalam ilmu tajwid, istilah idgham berarti memasukkan satu huruf ke dalam huruf lainnya, sedangkan bilaghunnah berarti tanpa dengung. Jadi, Idgham Bilaghunnah berarti melebur bunyi nun sukun atau tanwin ke huruf setelahnya tanpa menimbulkan dengung. Suaranya terdengar jelas dan tegas, tanpa getaran samar di hidung seperti pada bacaan ghunnah.
Hukum bacaan ini berlaku ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan dua huruf tertentu, yaitu lam (ل) dan ra (ر). Namun, ada satu syarat penting: kedua huruf tersebut harus berada di dua kata yang terpisah. Jika dua huruf bertemu dalam satu kata, pembaca tidak menerapkan hukum idgham. Kondisi ini menandakan bahwa idgham hanya berlaku saat huruf-hurufnya berada di kata yang berbeda.
Contoh penerapannya mudah ditemukan dalam Al-Qur’an. Dalam QS. Al-Fajr ayat 15, terdapat bacaan:
فَأَمَّا ٱلْإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ
Pada penggalan ini, nun sukun bertemu huruf hamzah. Karena hamzah bukan termasuk huruf yang menyebabkan terjadinya idgham, maka bacaan tetap dibaca dengan jelas tanpa peleburan.
Sebaliknya, pada ayat seperti:
مِن رَّبِّهِمْ
terdapat pertemuan antara nun sukun dan huruf ra’. Dalam konteks ini, hukum idgham berlaku dalam konteks ini, sehingga bacaan berubah menjadi mir-rabbihim. Suara mengalir langsung ke huruf ra’ tanpa dengung.
Contoh seperti ini menunjukkan bahwa penguasaan hukum bacaan ini memegang peran penting dalam menjaga keaslian serta keindahan lantunan Al-Qur’an. Latihan rutin serta bimbingan guru yang memahami kaidah tajwid secara menyeluruh akan membantu memperkuat pelafalan yang benar.
Huruf-Huruf Idgham Bilaghunnah
Dalam ilmu tajwid, para ulama membagi hukum idgham menjadi dua jenis, yaitu Idgham Bighunnah dan Idgham Bilaghunnah. Keduanya sama-sama terjadi ketika nun sukun atau tanwin bertemu huruf tertentu, tetapi cara membacanya berbeda. Pada Idgham Bighunnah, bacaan dilakukan dengan dengung, sedangkan pada Idgham Bilaghunnah, bacaan dilakukan tanpa dengung.
Khusus untuk Idgham Bilaghunnah, hanya dua huruf yang termasuk dalam kategori ini, yaitu ر (ra’) dan ل (lam). Ketika nun sukun atau tanwin bertemu huruf lam atau ra’ yang terpisah dalam dua kata, pembaca harus melebur bunyi itu dengan halus dan jelas tanpa menghasilkan suara dengung atau getaran di hidung.
contoh yang sering muncul dalam Al-Qur’an terdapat pada lafaz berikut:
مِن رَّبِّهِمْ
(nun sukun bertemu dengan ra’)
atau:
قَوْلٌ لَّهُ
(tanwin bertemu dengan lam)
Dalam kedua contoh tersebut, suara “n” dari nun sukun atau tanwin langsung dilebur ke huruf berikutnya, dan pembacaan dilakukan dengan tegas tanpa melewati hidung. Hasilnya, bacaan terdengar padat, bersih, dan tertib sesuai kaidah tajwid.
Latihan yang konsisten dan bimbingan dari guru yang memahami detail tajwid sangat membantu untuk menguasai pelafalan ini secara benar. Praktik yang terarah membantu menghindari kesalahan umum seperti menambahkan dengung di tempat yang tidak semestinya.
Contoh Penggunaan Idgham Bilaghunnah
Untuk memahami konsep Idgham Bilaghunnah secara lebih konkret, penting melihat langsung penerapannya dalam bacaan Al-Qur’an. Berikut ini beberapa contoh yang menunjukkan bagaimana hukum ini berlaku dalam praktik:
- مِنْ رَبِّهِمْ dibaca menjadi: مِرَّبِّهِمْ
(nun sukun bertemu huruf ra’) - قَوْلٌ لَّهُ dibaca menjadi: قَوْلُلَّهُ
(tanwin bertemu huruf lam) - غَفُورٌ لَّهُ dibaca menjadi: غَفُورُلَّهُ
(tanwin bertemu huruf lam) - حَكِيمٌ رَّبِّكَ dibaca menjadi: حَكِيمُرَّبِّكَ
(tanwin bertemu huruf ra’)
Semua contoh tersebut memperlihatkan bahwa bacaan nun sukun atau tanwin langsung melebur ke huruf lam atau ra’ tanpa menghasilkan suara dengung. Tidak ada getaran di hidung, dan suara “n” benar-benar hilang karena sudah menyatu secara utuh ke huruf sesudahnya. Bacaan pun terdengar ringkas, jelas, dan tidak terputus.
Pemahaman ini tidak bisa berhenti di teori saja. Praktik yang konsisten akan sangat membantu memperkuat kepekaan telinga dan lidah terhadap hukum bacaan ini. Pelafalan yang tepat akan semakin terbentuk ketika pelajar menerima koreksi langsung dari pengajar yang memahami detail ilmu tajwid.
Karena itulah, Platform seperti Khoirunnas hadir dengan metode pembelajaran privat yang memungkinkan semua orang belajar secara fleksibel namun tetap intensif. Bimbingan semacam ini memungkinkan setiap orang untuk fokus memperbaiki kesalahan kecil sekaligus membangun kepercayaan diri saat membaca Al-Qur’an. Semua orang dapat lebih mudah menguasai tajwid, termasuk Idgham Bilaghunnah, saat mendalami materi secara bertahap dan konsisten.
Kesimpulan
Memahami hukum Idgham Bilaghunnah memegang peranan sangat penting dalam memperbaiki dan menyempurnakan bacaan Al-Qur’an secara keseluruhan. Hukum ini berlaku ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf lam (ل) atau ra’ (ر), sehingga pembaca harus melebur bunyi tersebut dengan halus tanpa menimbulkan suara dengung. Saat seseorang menerapkan aturan ini dengan tepat dan konsisten, pelafalan ayat menjadi lebih akurat, indah, dan sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ. Hal ini membuat bacaan tidak hanya enak didengar, tetapi juga membawa keberkahan bagi pembaca dan pendengarnya.
Penerapan Idgham Bilaghunnah membutuhkan latihan yang rutin dan konsisten agar penguasaan tajwid dapat berjalan maksimal. Memahami ilmu tajwid saja tidak cukup; seseorang harus terus mempraktikkan secara berkelanjutan dan benar. Latihan rutin dengan bimbingan guru tajwid yang berpengalaman dan kompeten mempercepat penguasaan ilmu secara efektif. Selain itu, latihan ini juga membantu lidah menjadi lebih terbiasa membaca Al-Qur’an dengan tartil dan sesuai kaidah, sehingga kesalahan pelafalan bisa diminimalisir dengan signifikan.
Proses belajar yang terarah dan sistematis sangat membantu dalam memahami dan mengamalkan hukum bacaan seperti ini dengan baik dan tepat. Salah satu pilihan terbaik untuk mendapatkan bimbingan berkualitas adalah mengikuti kursus privat seperti Khoirunnas, yang menawarkan ustadz/ustadzah bersanad, metode pembelajaran yang mudah dipahami, serta sistem yang fleksibel dan nyaman diikuti. Dengan bimbingan yang tepat, bacaan Al-Qur’an dapat menjadi semakin fasih, benar, dan membawa ketenangan hati serta keindahan dalam setiap lafaznya.